Entah bagaimana ceritanya, setelah ikut majlis taklim sana sini baru terkuak ternyata banyak sekali hadist terkait Ramadhan adalah lemah alias dhaif, dhaifnya sih sebenarnya tak perlu menjadi pertentangan karena kategori label itu sudah melalui kajian yang sangat mendalam oleh para ulama kita. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana ceritanya para ustadz, ulama kita dengan mudah menyampaikan hadist-hadist yang tergolong lemah? Bagaimana bisa orang-orang yang berada di barisan terdepan dalam penyampaian dan pemurnian Islam, tapi malah materi yang disampaikannya adalah materi yang lemah?

Beberapa hadist yang terkait Ramadhan yang lemah adalah sebagai berikut:

  • Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah
  • Bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 bagian, 10 hari pertama adalah rahmah 10 hari kedua adalah ampunan, dan 10 hari terakhir adalah pembebasan dari api neraka

Sebenarnya masih banyak lagi hadist populer terkait Ramadhan yang terlanjur mendarah daging di masyarakat. Untuk alasannya silahkan Anda melakukan penelusuran sendiri dan dari berbagai tulisan agar mendapat kesimpulan yang komprehensif.

Saya tidak akan meributkan masalah hadist-hadist lemah tersebut, namun saya punya pertanyaan, bagaimana pola atau metode para pendakwah kita sehingga dengan mudah melakukan share ilmu yang ternyata adalah lemah? Kitab apa yang menjadi rujukan dari para pendakwah kita?

Mungkin ada yang bilang begini, “apa yang salah dengan kalimat hadist tersebut? toh itu mengajarkan kebaikan, kalaupun dhaif kan ada kategori hadist dhoif hasanah? Tidak menjadi masalah bukan?”

Sekilas terlihat ringan ya masalah, namun sebenarnya dari hemat saya, itu mempunyai implikasi yang tidak sesederhana itu, mari kita bahas sedikit

Hadist tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, benar bila tidur adalah perkara yang boleh-boleh saja alias mubah, namun tidur bukanlah salah satu kegiatan yang masuk dalam ritual ibadah. Sayangnya itu mempunyai implikasi yang cenderung ke hal negatif, mungkin karena pengaruh sugesti dari hadist ini, banyak muslimin disaat menjalankan puasa Ramadhan, banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Padahal, dahulu kemenangan demi kemenangan agama ini direbut pada saat puasa di bulan Ramadhan. Untuk merebut suatu kemenangan (kemenangan dalam konteks apapun) tidak bisa bukan dilakukan dengan hanya tidur manis?

Hadist pembagian bulan Ramadhan menjadi 3 bagian. Mendengar dari seorang guru dan lalu menelusuri jejak dari hadist ini sendiri, membuat saya terhenyak, dan membuat saya berfikir lebih waras. Kata-kata 10 hari rahmah 10 hari ampunan dan 10 hari pembebasan dari api neraka, benar-benar tidak membuat akal saya dapat menerimanya. Masak sih rahmah Allah hanya turun di 10 hari pertama? Masak sih ampunan Allah hanya terbuka di 10 hari berikutnya? Masak iya pembebasan api neraka hanya dibuka dalam range waktu 10 hari terkahir dari bulan Ramadhan? Dari banyak penjelasan yang berhasil saya telusuri, hati dan pikiran saya lebih membenarkan jika bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmah, terbukanya pintu-pintu ampunan, kesempatan pembebasan dari api neraka, tersedia setiap hari selama masih dalam bulan puasa. Ini jangan dipahami, berarti dihari-hari selain bulan Ramadhan sudah tidak ada rahmah, tidak ada ampunan Allah dong? Wahhhh tolong cara berfikirnya jangan seperti itu, be smart muslim lah…. Ibaratnya bulan Ramadhan itu bulan bonus, semua dilipatgandakan, semua dipermudah, termasuk rahmat, dibulan Ramadhan rahmah Allah dilipatgandakan, pintu ampunan juga berlipat-lipat kesempatan mendapatkannya.

Mohon dong kepada para juru dakwah, temen-temen yang konsern dan langsung terjun didakwah Islam, mohon sampaikanlah hukum Islam ini dengan baik, jangan asal menyampaikan, berilah muslimin ilmu yang benar, ilmu yang baik dari sumber yang baik lagi benar. Agar Islam kembali ke kejayaan yang sempat lepas. Karena kejayaan Islam hanya akan hadir saat muslimin paham apa sebenarnya Islam itu, bukan hanya muslim yang tertera dalam kartu identitas saja.