Menghitam hati penuh kebencian bersahut-sahutan. Menebar kedengkian di kehidupan. Mereka berseru, menusuk jiwamu. Dengan cerita, dengan berita.

Para pencela menaruh racun di mulutnya. Para penerka bercerita dengan prasangka. Prasangka buruknya

Penerka banyak bicara, tak guna atau berguna. Merusak pikiran kita, prasangka berbusa-busa

Bait di atas adalah potongan dari bait-bait lagu dari group band Noah feat Iwan Fals yang berjudul Para Penerka. Mari kita sedikit kita ulas tentangnya. Rasulullah memang selalu benar, apapun yang disampaikan beliau adalah suatu kebenaran. Rasulullah dan para sahabat mulia Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, para tabiin, dan para salafushaleh melarang dengan keras untuk “menghadiri” majelis-majelis GHIBAH atau menerka/berprasangka/dzan atau lebih familier dengan sebutan gosip (semakin digosok semakin asik, konon katanya). Yang lebih pas adalah larangan ghibah ternyata langsung disampaikan oleh Allah sendiri melalui kitab mulia Al-Quran yang abadi tertuang dalam QS. Al Hujurat 12, yang kurang lebih terjemahannya adalah sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. QS. Al Hujurat 12

Bagaimana dahsyat bukan? Atau terbersit keinginan untuk sedikit melakukan “pemberontakan”? Ya silahkah saja, itu hak masing-masing. Namun yang perlu diperhatikan adalah seruan itu bukanlah seruan yang berasal dari manusia semata, benar seruan itu disampaikan oleh seorang manusia, namun manusia terbaik yang pernah hidup di dunia ini yaitu Rasulullah Muhammad yang langsung bersumber dari sang maha pencipta Allah.

Kenapa Allah sampai “repot-repot” membuat seruan atau aturan soal ghibah dan langsung dituangkan dalam sumber hukum utama yaitu Al Quran? Ya karena masalah ghibah adalah pintu masuk utama dari serangkaian kejadian-kejadian besar yang sifatnya destruktif serta tidak ada manfaat yang akan diterima oleh para pelaku ghibah dan obyek ghibah. Justru yang terjadi adalah saling menyimpan kebencian yang sesungguhnya kebencian itu tak jelas sumber dan alasannya apa. Selain itu, ghibah akan membakar sumber daya (hati, pikiran dan tenaga) secara percuma, tidak ada yang diuntungkan kecuali sedikit bagian orang atau golongan yang memang berniat mengambil keuntungan yang sedikit dari ghibah ini, malahan terbuka jalan lebar-lebar terjadinya permusuhan, yang dimana permusuhan itu mengarah ke arah yang menghancurkan.

Jika kita sekarang adalah pelaku ghibah, pemakmur majelis-majelis ghibah, bangga dengan ghibah-ghibah yang kita lakukan, ada baiknya mari segera memohon ampun kepada Allah, berjanjilah untuk memulai hidup yang baru menuju kehidupan zero ghibah. Mari kita alihkan sumber daya kita ke sesuatu yang lebih produktif, ya siapa tahu dengan itu kita dapat membangun sebuah karya atau peradaban yang besar dan tak lekang oleh waktu.