Allah dan rasulNya memang selalu benar, dikabarkan bahwa sumber kebahagian bukan hanya berasal dari banyaknya materi, itu menjadi faktor salah satu kebahagian memang betul, tapi bukanlah menjadi sumber dari kebahagiaan itu sendiri. Dan lihatlah beberapa orang dalam usia yang tidak lagi muda, mereka masih tampah sangat segar, wajah berseri, dan seolah nyaris tanpa beban, dan disaat yang sama kondisi finansial mereka tak hebat-hebat amat. Bagaimana mereka bisa melakukan itu?

Jawabannya cuma satu, mereka mencintai apa yang mereka kerjakan, mereka menelateni kerjaan seperti menelateni anak-anak mereka sendiri, tanpa perlu banyak-banyak berfikir feedback apa yang bakal diberikan. Lantas, mungkin banyak yang komplain, “masak bisa hidup dijaman sekarang seperti itu? ya tidak bisa dong, semua harus dihitung dengan uang, dengan materi!”. Ya benar, semua kita membutuhkan materi, akan tetapi buat apa punya uang segudang tapi hati dan pikiran ini sebenarnya tidak menikmati apa yang sedang ada di depan mata? Buat apa punya uang segudang tapi tidak cinta dengan yang menjadi pekerjaan kita?

Bagaimana kalau sekarang metodenya dibalik, biarkan hati dan pikiran ini tertambat ke suatu pekerjaan yang kita mencintainya dan pekerjaan itu pun memberikan gairah dan semangat untuk hidup, kerjakan itu dengan sebaik-baiknya dan secara total, untuk kemudian biarkan materi datang karena adanya usaha tersebut? Bukankah itu lebih menarik?

Tak ada satu karya besar di dunia ini yang terlahir dari tanpa kecintaan, karena sesuatu yang besar itu memang lahir dari satu rasa cinta dan rasa memiliki, saya pernah membaca salah satu prinsip dasar dari seorang Steve Jobs pendiri Apple Incorporation

“Anda harus mencari apa yang anda sukai. Hanya ada satu jalan untuk mengerjakan hal besar, yakni mencintai apa yang anda kerjakan. Jika anda belum mendapatkannya, teruslah mencari, jangan pernah menyerah”

Sekali lagi hidup ini adalah pilihan, masing-masing terdapat konsekuensi, tak hanya konsekuensi yang secara langsung melibatkan diri kita sendiri namun juga konsekuensi terhadap orang lain. Namun, tetap pada saatnya kita mesti memilih, yes or no, hold or leave. Apapun itu yang menjadi pilihan hidup kita, yakinlah bahwa Allah adalah sang pemberi rizki, yakinlah dengan pekerjaan kita, cintai dia dengan sepenuh hati dan siapa tahu suatu saat nanti ada sesuatu yang besar yang bisa kita nikmati.

Yang terakhir sebagai penutup tulisan ini, ada satu ayat Al Quran yang sangat kuat, menggetarkan jiwa dan kemudian meneguhkan jiwa kita

“Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. QS. Al-Ahzab 71