Dunia ini diciptakan oleh Allah dengan segala sunatullahnya, boleh saja terdapat pergeseran budaya, kebiasaan, gaya/pola hidup dari manusia, namun sunatullah akan selalu berjalan. Jika kita adalah manusia yang berusaha untuk selalu lurus dijalanNya, senantiasa berusaha berjalan dialurNya, kita tak perlu bersedih hati atau bahkan berkecil hati dikala kita mendapatkan tekanan hidup.

Kita tak perlu bersedih hati saat seseorang yang kita harap-harapkan menjadi seorang yang selalu mendukung kita, namun seseorang tersebut berbalik habis melawan kita, dan tak memberikan dukungan yang kita harapkan. Kita pun tak perlu berkecil hati saat seluruh dunia ini tak mendukung dan tak mengerti dengan langkah-langkah yang kita ambil. Karena apa? Karena jika kita seorang yang mencoba untuk menjalankan hidup dengan lurus, sunatullah akan berjalan, apa itu? Sunatullah saat kita bersedih hati, Allah akan selalu hadir bersama kita dengan cara memberikan hiburan kepada kita dengan berbagai macam bentuknya.

Seakan Dia tak membiarkan kita larut atau bahkan terlalu larut dengan kesedihan yang ada. Jika menjadi bahasa sederhana mungkin bahasanya akan seperti ini, “sudahlah semua yang kamu lihat itu hanyalah mahluk, yang penuh dengan keterbatasan, tak usahlah kamu sedih, ada Aku disini”.

La tahzan innallaha ma ana, begitulah kata-kata Allah yang sesuai bakunya di dalam Quran.

Ayat-ayat hiburan, begitulah kami memberi nama. Mirip judul film layar lebar bukan?

Lantas bagaimana ayat-ayat hiburan itu bekerja dan menjalankan misinya? Banyak cara sih jika kita bisa lebih sensitif merasakannya, misalnya saat pikiran lumayan kosong atau sesekali kosong karena kesedihan melanda, disaat itu pula hadir teman lama tiba-tiba kasih kabar “lagi dimana, makan siang yuk, sambil ngobrol-ngobrol, kan udah lama kita nggak ketemu”, terkadang hal seperti itu bisa terjadi selama beberapa hari dengan bergantian orang.

Itu contoh saja, tentu bentuk dilapangan akan sangat variatif karena Allah memang maha kreatif bukan?

Jadi, konsep la tahzan innallaha ma ana itu memang benar-benar ada dan itu sekaligus menjawab keragu-raguan akan janji Allah itu pasti tepat adanya. Jadi jika kita telah memperhitungkan apa yang ada, berusaha untuk mentransfer hitung-hitunugan itu, memberi arahan-arahan tentang suatu proyeksi ke orang lain, meskipun orang lain itu adalah orang yang terdekat dengan kita, dan ternyata orang tersebut tak menghiraukan, bahkan memberi perlawanan. Tak usahlah kita risau dan bersedih hati, masih ada Allah, dengan caraNya hadir ayat-ayat hiburan yang dengan segala mekanismenya, memberi kita hiburan untuk mengangkat kembali kondisi jiwa yang sempat amburadul.

Muara esensi dari itu semua tak lain dan tak bukan adalah peningkatan derajat hidup kita, kesedihan melanda yang pasti dikarenakan makhluk hanyalah secuil dari retorika kehidupan. Retorika kehidupan yang seyogyanya kita maknai sebagai bagian dari ujian kualitas diri kita sendiri dalam menahan gempuran tekanan. Jika kita berhasil memaknai itu dengan baik, dapat bertahan dengan baik, maka seberat apapun tekanan itu akan bisa kita maknai sebagai sarana hiburan yang diujung perjalanannya adalah berupa terkatrolnya derajat hidup kita.

Begitulah sunatullah berjalan, kita tak akan pernah menjadi apapun jika kita tak mampu bertahan menghadapi tekanan. Seumur hidup kita hanya akan dikenang sebagai orang baik tanpa pencapaian jika kita tidak berhasil menghadapi tekanan dan tantangan kehidupan. Berbagai macam tekanan hidup, salah satunya adalah ketidakmengertian orang akan hal-hal yang kita coba transfer, terkadang hidup ini memang aneh, banyak orang yang sebenarnya belum mengerti namun karena tingginya hasrat dan keinginan yang gagal terkelola dengan baik akhirnya mereka memilih untuk menyerah dengan tekanan, paling mudah bentuk angkat bendera putih itu adalah berupa perlawanan membabi buta, rawe rawe rantas malang malang putung. Ya biarkan saja orang lain tak kunjung mengerti kita, asal, kita tak ikut-ikutan tak mengerti tentang sebuah esensi dan visi hidup.

Terakhir, ingatlah bahwa sunatullah itu akan selalu berjalan dan tak usah bersedih karena Allah bersama kita. La tahzan innallaha ma ana.