Ada yang menarik dari film Transcendence, film ini sangat terinspirasi dari bagaimana Tuhan bisa menciptakan makhluk serumit manusia, atau serumit tumbuh-tumbuhan atau binatang sekalipun, Tuhan bisa menghidupkan dan mematikan itu, bisa juga tetap menjaganya tetap hidup namun dalam keadaan tidak sempurna dan bisa juga merekonstruksi itu dengan sekejap mata. Lalu, dengan memanfaatkan salah satu cabang disiplin ilmu komputer, Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegent), teknologi internet dan sumber daya perangkat komputer yang sangat mumpuni mereka membuat apa yang dilakukan Tuhan bisa juga dilakukan oleh manusia. Dan dalam film itu, Dr. Will Caster yang diperankan oleh Jhonny Depp benar-benar mewujudkan mimpi itu yang dibantu oleh istrinya yang sama-sama berprofesi sebagai ilmuwan komputer. Namun sang istri dan rekan-rekannya akhirnya berpendapat bahwa jika teknologi ini terus dikembangkan maka akan ada sisi kemanusiaan yang hilang, akhirnya mereka membuat virus komputer untuk mematikan teknologi itu.

Ya, sisi kejiwaan atau kemanusiaan yang secara ilmiah disebut dengan Psikologi memang ilmu yang menarik, minimal untuk diketahui. Saking menariknya sudah dari jaman lampau, manusia mencoba untuk mengklasifikasikan karakter dari manusia, ada  yang berkiblat dengan kebiasaan orang Romawi yang sangat gemar dengan sistem tata surya alam semesta, dari sana akhirnya menggunakan pendekatan bulan sebagai parameter pengklasifikasian karakter manusia, berkembang lagi menjadi zodiak dan seterusnya, kalau orang-orang cina mempunyai pendekatan sendiri dan akhirnya lahirlah kata-kata fengsui, di Indonesia khususnya orang Jawa juga tidak mau kalah, mereka melahirkan primbon jowo.

Begini, bagiku hal-hal seperti itu sah-sah saja, dan aku lebih tertarik setidaknya untuk membaca ilmu kejiwaaan secara ilmiah yaitu Psikologi, yang lain yang tersebut di atas jangan sampai masuk terinstall dalam hati dan otak kita bahwa hal itu adalah sebuah kebenaran, salah, itu sangat salah, dan sudah jelas saat itu terjadi, sebenarnya kita telah melakukan kesyirikan kepada Sang Penguasa Alam Semesta ini yaitu Allah Subhanallahuwata’ala. Oke, kembali ke masalah psikologi, dari film Transcendence itu, kenapa rekan-rekan sang ilmuwan yang dulu mati-matian membantunya akhirnya berbalik arah dan menghancurkannya? Karena manusia tidak akan pernah bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Tuhan dan teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan sisi kemanusian dari manusia.

Dalam dunia teknologi informasi, aku pikir psikologi mempunyai peran yang sangat vital dalam kesuksesan implementasi teknologi informasi.  Dengan kita setidaknya mengerti tentang kebiasaan dan kecenderungan manusia, kita bisa membuat Graphical User Interface yang sangat nyaman digunakan oleh manusia, menurutku Apple melalui Steve Jobs dan kawan-kawannya sudah membuktikan hal itu. Mereka sangat detail merancang interface produk mereka, kerapatan pixel layar yang mereka gunakan, peletakan tombol, ukuran keyboard, jenis tipografi (font) dsb. Bagi pengguna yang baru memakai produk mereka, itu terasa sangat aneh digunakan, tapi setelah sekian waktu menggunakannya dan mencoba produk lainnya, kemudian membandingkan, akan terasa berbedaannya dan merekalah juaranya.

Sori, bukan bermaksud mempromosikan sebuah produk, tapi aku pikir Apple sangat menyadari kebutuhan manusia akan teknologi yang memanusiakan manusia, mereka sangat stabil dan konsisten akan hal itu. Satu hal sebagai penutup tulisan ini, Allah memang Maha Benar, ilmu yang Dia turunkan dibumi ini seperti pena yang dicelupkan ke lautan, diangkat, dan hanya segitu ilmu yang bisa kita pelajari. Banyak sekali ilmu, dan jelas antara satu disiplin ilmu dengan lainnya itu ada keterkaitan, tidak bisa berdiri sendiri. Jadi semakin kita belajar harusnya semakin kita merasa lapar dan bodoh dan semakin menguatkan diri kita bahwa Allah itu benar-benar ada, jadi tidak ada alasan untuk tidak menyembah Allah Subhanallahuwata’ala.