Masih lekat dalam ingatan, dahulu pernah ada sebuah syair yang pada waktu itu mahfum disebut dengan istilah qasidah, syair itu berjudul “Tahun 2000”. Waktu syair itu populer, saya masih sangatlah kecil namun sebenarnya sejak saat itu saya bertanya “ada apa dengan tahun 2000-an, apa bedanya dengan tahun pada abad-abad sebelumnya?”, ya tentu saja saya melewati tahun 2000 yang waktu itu hype disebut dengan milenium. Waktu terus melaju dengan bergantinya tahun demi tahun, dan hitungan tahun itu mulai menginjak pada hitungan tahun 2010. Dan sejak saat itu saya mulai mendapatkan jawaban dimana pada tahun tersebut adalah milestone dimulainya era digital dengan smartphone (banyak orang mulai beralih ke smartphone) sebagai peralatan utamanya, kondisi tersebut diikuti oleh semakin mudah dan terjangkaunya akses internet bagi semua orang, dimana sebelumnya internet hanya digunakan oleh sekelompok orang yang mengerti dan itupun aksesnya tak mudah dan bisa terbilang mahal.
Lantas, apa jawaban yang saya dapatkan? Saya mendapatkan berbagai fenomena yang semuanya menyangkut sisi kemanusiaan yang berkebalikan dari masa-masa sebelumnya, misalnya:
- Ada seorang anak yang memperlakukan orang tuanya selayaknya babu
- Zina tersebar dimana-mana, tak cukup hanya melakukan zina mereka merekamnya dan terpublikasi baik secara sengaja maupun tidak
- Saling bunuh antar sesama manusia seakan menjadi hal yang biasa, dan hampir setiap hari ada saja kasus pembunuhan dipublikasi
- Semua orang bicara tentang semua hal, yang disertai hujatan, makian, judgement, dimana sebenarnya banyak yang tak layak untuk berbicara
- Minuman keras dan fenomena tato, dahulu kalau ada orang yang nenggak minuman keras ataupun bertato sudah otomatis orang tersebut adalah orang brengsek, namun lain halnya dengan saat ini
- Banyak yang tidak lagi peduli harta yang diperoleh dengan jalan apa, yang penting dapat duit
- Banyak orang yang sok pintar, bagaimana ya kata-kata yang enak untuk menjelaskannya, gini saja deh, sekarang itu harus diakui banyak orang berpendidikan tinggi namun rasa-rasanya kok banyak juga yang kepalanya itu tanpa isi. Mau menang sendiri, merasa lebih/paling pintar dan tahu akan segala hal, banyak yang membaca banyak tapi sumber rujukannya tidak jelas, dan mereka juga tak mampu menjelaskan sumber rujukannya secara gamblang saat mereka berargumentasi atau mengomentari seseatu
- Banyak ustadz/ulama yang memiliki kedalaman ilmu, karakter yang kuat, kharisma ketokohan yang mempesona dipanggil pulang oleh Allah
Yap, poin-poin di atas adalah pengalaman hidup saya pribadi. Kembali ke “ada apa dengan tahun 2000?”, ternyata pengalaman pribadi saya tersebut kemudian saya bandingkan dengan pengkabaran (bukan ramalan) dari Rasulullah Muhammad tentang tanda-tanda akhir zaman, dan ternyata selaras dengan pengalaman yang saya temukan sendiri, misalnya:
- Seorang wanita melahirkan majikannya
- Zina dilakukan dengan terang-terangan
- Maraknya pembunuhan
- Diangkatnya ilmu
- Menyebarnya kebodohan
- Maraknya minuman keras
- Tidak peduli lagi dengan status kehalalan atau keharaman harta yang diperoleh
- Manusia saling bermegah-megahan dalam membangun
Yang di atas adalah rangkuman dari berbagai macam sumber hadist Rasulullah, untuk lebih lengkapnya bisa dilakukan sendiri pencarian terhadap redaksional beserta jalur periwayatannya.
Lalu, poin apa yang ingin saya sampaikan pada kesempatan kali ini? Jujur saya gelisah dengan kondisi tatanan masyarakat yang berlangsung akhir-akhir ini, bagi saya semuanya berlangusung dengan keterbalikan, yang hitam menjadi putih, yang putih menjadi hitam, yang tabu menjadi boleh, yang boleh menjadi tabu, dan seterusnya. Dan yang menjadi catatan saya adalah, zaman semakin dekatnya hari akhir yang dikabarkan oleh Rasulullah Muhammad ternyata zaman dimana teknologi, digital dan internet menjadi media penghantarnya.
Sehingga mesti kita akui bahwa kita saat ini hidup dalam kegelapan, penuh ketidakjelasan, penuh keterbalikan, penuh dengan kesimpangsiuran, penuh dengan keputusasaan dan penuh dengan kekejaman. Berat, sangatlah berat hidup kita hidup dimasa saat ini, sehingga jangan pernah kita mengandalkan dan mengedepankan kehebatan diri untuk bertahan hidup secara baik dalam masa seperti ini, jangan pernah. Yang perlu kita lakukan adalah menyeimbangkan hidup dengan cara mengembalikan segala sesuatu pada porsi dan tempatnya, tak semua harus dikomentari. Dan sebagai alat keseimbangan hidup Allah melalui Rasulullah Muhammad telah memberi kita sebuah alat yang jika kita berpegang teguh dengannya, maka kita tak akan tersesat selama-lamanya, dan alat itu adalah Al Quran dan As Sunnah.
Jika kemarin Quran masih tertata rapi di dalam lemari, mari kita keluarkan, kita lap dan bersihkan dengan penuh kelembutan, dan mari kita akrabkan diri untuk selalu membacanya setiap hari, meskipun dengan terbata-bata sekalipun! Dan, mari juga kita terus meng-upgrade kualitas diri dengan memilih guru yang baik melalui majelis-majelis ilmu dimanapun berada. InsyaAllah dengan itu, Allah akan memberi kita keselamatan dunia dan akhirat, insyaAllah.