“Of course it’s true, because this is internet and posted by an anonym.”
Jawaban kelakar sarkasme itu kerap ditemui di 9gag, sebuah situs humor. Diawali pertanyaan seseorang apakah meme yang dilihatnya berisi informasi yang benar atau tidak, maka responnya adalah jawaban itu. Lucu sekaligus ironis karena menggambarkan apa yang terjadi dengan kita semua, para pengguna internet.
BUBARNYA HIERARKI
Saat mampir ke SMA tempat saya bersekolah 17 tahun lalu, guru-guru berkeluh-kesah. Murid sekarang, kata guru saya, jauh lebih kritis dibanding zaman saya dulu. Bedanya, kritisnya murid zaman dulu kepada gurunya karena mereka punya buku bacaan yang lebih banyak dibanding buku pelajaran. “Sekarang murid-murid mendebat bahan pelajaran pakai sumber dari internet. Dari blog, situs berita, forum, bahkan Facebook dan Twitter. Padahal kita sebagai guru belum memeriksa validitas sumber mereka,” keluh salah satu mantan guru saya. Saya ikut prihatin.
Membaca paper John Gehl dan Suzanne Douglas berjudul From Movable Type to Data Deluge, membuat saya makin prihatin. Laporan yang diterbitkan jurnal Educom Review itu menjelaskan tentang berubahnya kendali informasi dan pengetahuan. Di era sebelumnya, kita menganggap pembawa pesan memiliki lebih banyak informasi dan pengetahuan daripada pembaca. Di era internet, posisi itu berubah: pemilik kontrol bukan si pembawa pesan, tapi si pemegang tetikus.
Internet, kata Gehl dan Douglas, telah membuat penggunanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena akses dan kesetaraan informasi. Dengan ketersediaan informasi sangat luas yang bisa mereka akses lewat ujung jari, pengguna internet merasa bahwa level pengetahuan mereka setara dengan si pembawa pesan. Continue reading →