Mungkin, saat dahulu belum mengenal dunia ini berperilaku, seakan-seakan kebahagiaan berada pada apa yang disebut dengan kemapanan, hidup serba berkecukupan, segalanya serba ada, yang dengannya diharapkan akan menjadi magnet kuat bagi apapun yang kita inginkan untuk tunduk takluk seraya menghamba kepada diri kita.
Jika benar demikian adanya, kenapa tak sedikit orang yang jika dilihat dari kejauhan memiliki kehidupan yang ideal, rumah lega nan nyaman, istri atau suami yang berparas rupawan, anak-anak yang pintar dan elok dipandang, kendaraan tak kurang-kurang, pekerjaan dan karir cemerlang, namun suatu ketika prahara menggemparkan datang. Si suami atau si istri atau keduanya selingkuh atau terkuak melakukan penipuan kepada banyak orang. Itu permisalahan. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah saat masa gelap itu datang apakah semua kehebatan capaian tersebut masih terasa lezat terasa?
Ternyata tak ada satupun fasilitas dunia yang diraih dengan susah payah tersebut yang mampu mengembalikan manisnya hidup. Semua bisa saja hilang dengan sekejap mata. Kenyamanan fasilitas, kemapanan hidup yang mestinya menjadi bekal dan senjata yang sungguh digdaya ternyata malah memakan dan menikam diri kita sendiri dengan sadar ataupun tanpa sadar. Sesuatu yang diimpi-impikan sejak lamapun hambar terasa, hanya menyisakan sisi kosong, gelap, kering kerontang.
Apa arti dari ini semua?