Sering kita mendengar doa yang teramat istimewa, sebuah doa yang memohon kepada Allah agar diselamatkan hidup kita di dunia dan di akhirat. “Rabbana atina fi dunya hasanah, wa fil akhirati hanasah, waqina adzabannar”. Memohon kebaikan agar dikabulkan idealnya didahului dan disertai suatu proses yang baik untuk mencapai itu. Saat proses itu tak dilakukan dengan baik, bisanya hanya akan menjadi sebuah kemunafikan saja.

Kemunafikan itu adalah salah satu pintu bagi syetan untuk masuk kedalam kehidupan kita, yang akan membuat kita merasa paling, paling shaleh, paling bersih, paling mengerti dan seterusnya. Berjalanlah lurus saja dalam hidup ini, dengan begitu Allah akan selalu menurunkan keberkahannya dalam setiap hidup kita. Caranya sebenarnya sangat mudah dengan menerapkan konsep taqwa. Apa itu taqwa? Taqwa adalah menjalankan/menegakkan apapun yang menjadi perintah Allah dan menjauhi apapun yang menjadi larangan Allah.

Jika kita ingin hidup kita tenang, cukup terapkan konsep taqwa itu, sederhana. Tapi tentu saja tak mudah, karena dalam hidup kadang terdapat variabel-variabel yang menggerus itu, sedikit demi sedikit, namun jika ingin menggapai ketenangan hidup, berusahalah untuk menang dalam pertarungan itu.

Mari kita lihat kehidupan yang telah terjadi disekeliling kita, yang bisa kita jadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menguatkan tekat kita untuk selalu bertaqwa,

  1. Mengambil sesuatu yang bukan haknya karena tuntutan ekonomi yang bisa saja berasal dari gaya hidup yang kurang sehat, besar angan-angan tapi kecil kemampuan. Saat seseorang memutuskan untuk mengambil tindakan ini, nampaknya dia akan meraih banyak sekali keuntungan yang didapatkan secara instan, benar, itu logis. Namun konsekuensinya saat kesempatan dan lucky sudah tak memihak lagi ke dia. Dia bisa saja dan hampir pasti dipecat dari tempat dia bekerja (jika dia bekerja), nama baik runtuh seketika, kehormatan lepas, kepercayaan yang tak bersisa, dan tidak menutup kemungkinan terjadinya perpecahan yang tajam didalam internal keluarganya.
  2. Menikmati sesuatu yang bukan miliknya, berzina. Sudah diketahui bersama bahwa setiap manusia mempunyai sisi keberuntungan (lucky), keberuntungan itu memang disematkan oleh Allah sebagai salah satu media untuk menutupi aib dari setiap diri manusia. Namun tabiat nafsu, saat nafsu mendapatkan pelampiasan dia akan menuntut yang kedua, ketiga dan seterusnya, sedang keberuntungan itu semakin berkurang. Sedemikian juga dengan berzina, sekali melakukan dia akan menyuruh mengulanginya lagi, lagi, dan lagi, dan biasanya nafsu yang telah ditumpangi syetan akan menyuruh melakukan itu kepada siapa saja, asal mau menjadi pelampiasan. Ya sekali keberuntungan akan habis, efeknya sebenarnya sungguh teramat mengerikan, kondisi rumah tangga pasti panas dan hampir pasti bisa dibilang tak akan lagi harmonis, kehilangan kepercayaan dari orang-orang terbaiknya, dan tidak menutup kemungkinan itu akan mengakibatkan tertutupnya pintu-pintu rizki yang sebernarnya telah terbuka untuknya.

Kenapa kita mesti berjalan lurus saja? Karena itu yang akan menyelamatkan hidup kita di dunia dan di akhirat kelak sebagai bentuk imbalan Allah kepada orang-orang yang mencintai Allah. Belumkah cukup dua ilustrasi diatas? Berikut akan saya tunjukkan contoh kehidupan beberapa tokoh yang mempunyai dua gaya hidup yang bertolak belakang,

Niki Lauda vs James Hunt. Dua tokoh central dalam salah satu era rivalitas Formula 1 di tahun 70an, mereka sama-sama pembalap besar dengan segudang kecerdasan dan talentanya, sama-sama berpenghasilan besar, tapi secara kehidupan Niki dan Hunt mempunyai gaya hidup yang bertolak belakang. Niki adalah seorang idealis, yang selalu menjaga norma, aturan, setia dengan pasangan, sedang Hunt adalah seorang yang dekat dengan gemerlapnya dunia malam, alkohol dan wanita. Sekarang, mari kita lihat, James Hunt memenangkan championship F1 pada tahun 1976 dan mengalahkan Niki Lauda dengan keunggulan satu poin saja, namun setelahnya karirnya langsung merosot tajam karena perilaku indisiplinernya, dan meninggal dalam usia yang masih cukup muda 45 tahun karena serangan jantung. Namun sebaliknya, Niki Lauda di usia 67 tahun masih dipercaya menjadi Non-Executive Chairman tim Mercedes, di usia senjanya, analisisnya tentang teknis balapan masih dipercaya oleh banyak orang, dia juga masih sanggup keliling dunia hampir tiap pekan.

Begitulah, hidup ini perjalanan, sedang perilaku dan cara kita hidup adalah investasi dan tabungan untuk melakoni perjalanan, jadi nikmat Allah manakah yang kalian dustakan? Masihkah ingin kita untuk berbuat yang terlarang? Cukup berjalan lurus saja…