Sebelum memulai membaca, perlu saya tegaskan bahwa tulisan ini tidak ada tendensi dan afiliasi kepada siapapun, karena murni dari pendapat saya pribadi.
Dahulu pernah kita mempunyai basis brand yang terbilang revolusioner pada zamannya, taruhlah IPTN dengan BJ Habibie sebagai aktor utamanya, ada juga mobil nasional bernama Timor yang dijalankan oleh keluarga Cendana. Sebenarnya ada perbedaan yang sangat signifikan antara dua industri/brand yang coba dibangun oleh Indonesia waktu itu, IPTN memang dirancang untuk membuat pesawat yang nyaris 100% bermuatan lokal, namun Timor seperti perusahaan penyedia kerangka/assembly karena mesin masih bekerja sama dengan KIA pada waktu itu. Tapi, persamaannya adalah kedua usaha itu adalah dua industri yang masuk dalam blueprint pembangunan nasional yang dulu disebut dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun. Waktu itu lahirnya dua industri ini cukup atau bahkan sangat membuat ketar-ketir negara-negara mapan yang mempunyai kepentingan untuk menjadikan Indonesia sebagai lahan pasar mereka.
Meskipun akhirnya industri strategis itu luluh lantak pada tahun 1997-1998, namun industri itu terbilang sukses, karena langsung di drive oleh pemerintah pusat dan semua element bersatu padu untuk menyukseskan industri itu.
Setelah itu, Indonesia nyaris tidak punya industri strategis dan syarat teknologi yang dapat bersaing dilevel global. Ada namun kecil-kecil dan skala lokal, dan produknya tidaklah menggigit, atau bahkan gagal bersaing dengan brand-brand impor. Akhir-akhir ini mulai bermunculan penggunaan produksi dalam negeri. Jokowi yang terkenal dengan mobil Esemkanya dan pernah berwacana untuk menjadikan mobil itu sebagai mobil dinas pemerintah, sekarang, baru-baru saja Tri Rismaharini mengidam-idamkan mobil listrik hasil riset dari ITS bisa menjadi mobil dinas pemerintah.
Saya pikir itu SANGAT BAGUS idenya, BRILIAN. Namun begini, syarat sebuah produk dapat digunakan oleh publik adalah telah melalui serangkaian tes kelayanan dari semua sisi yang antara lain:
- Sisi performa fisik, keindahan fisik
- Sisi kenyamanan
- Sisi keamanan
- Sisi reliabilitas dan durabilitas
- Sisi ketersediaan garansi dan suku cadang
Logikanya begini, anda punya duit, lantas disuruh untuk membeli dan menggunakan sebuah produk yang anda sendiri tak yakin dengan produk itu, apa anda dapat dengan ikhlas merogoh kocek anda untuk membeli produk itu?
Saya hanya aneh saja dengan beberapa pemikiran para tokoh-tokoh Indonesia, mikirnya masih lumayan sempit, jika benar-benar ingin menerapkan itu bisa dong diperjuangkan agar industri itu masuk dalam blueprint pembangunan nasional Indonesia, melakukan lobi dan pembicaraan di level pusat dan menjaga konsistensi kemauan itu agar benar-benar terlaksana. Karena jika tidak begitu mustahil produk-produk itu bisa tumbuh dengan kuat, karena industri seperti itu membutuhkan dukungan yang full dari semuanya, dukungan finansial, dukungan politis, dukungan hukum, dukungan teknologi, riset dan dukungan sumber daya manusia, jika sebaliknya? Ya sekali lagi mustahil. Bisa sih, bisa menjadi angan-angan yang terlalu tinggi sedang anda melihat angan itu dari bumi, dan bisa saja sih wacana itu menjadi bahan untuk menaikkan citra diri dihadapan publik atau biasa disebut dengan PENCITRAAN.