Suatu ketika aku diminta mengantar Ibu ke pengajian ahad pagi yang emang biasa digelar di mesjid agung di wilayah kami. Aku sanggupi aja, karena emang lagi g ada agenda dan emang benernya udah lama penasaran pengen ikut. Saat ikut di pengajian itu, sebenernya agak kaget dan diluar ekspektasi dengan materi yang disampaikan oleh sang guru. Materinya full mengulas tentang keMuhammadiyahan, tentang ormas Muhammadiyah. Dalam hati aku bertanya, masak ya setiap minggu yang diulas tentang keormasan, dan paling cuma tema selingan karena emang kebetulan mesjid itu miliknya yayasan Muhammadiyah. Rasa penasaran itu masih mengusik hatiku, diperjalanan aku bertanya sama Ibu, “bu, materi kajian itu apa emang tiap pekan tentang Muhammadiyah atau cuma selingan aja?”, Ibu njawab, “ya, kalo dimesjid itu tiap pekan ya isinya tentang ormas Muhammadiyah aja, terus ada juga mesjidnya pak Jamuri (nama samaran), isinya tentang NU”. wohhhh begitu ya bu, sebenernya itu g sesuai dengan harapanku lho. Aku pikir kajiannya membahas tentang ilmu-ilmu Islam, murni Islam, tentang hukum-hukum Islam lah, sejarah Islam lah, Fiqih lah, ternyata g ya….

Kenapa kaget, ya sebenernya aku baru melek dengan kondisi tersebut, maklum selepas SMA aku emang praktis jarang dirumah, pulang hanya sehari dua hari, paling banter semingguan. Dan selama itu pula aku berkenalan dengan lingkungan keislaman di kota-kota yang lumayan terkenal di negeri ini, Jogja dan Jakarta, karena emang kedua kota itu yang banyak membentuk pola pikirku sampai saat ini. Benang merah dari suasana keislaman di kedua kota tersebut relatif sama polanya, banyak kajian yang bersifat umum sehingga kita sebagai masyarakat umum relatif mudah untuk mengikuti kajian islam. Dan inilah metode seperti inilah yang semestinya lebih diimplementasikan secara masiv ke masyarakat paling bawah seperti di daerahku.

Didaerahku sebenernya banyak juga sih kajian, tapi hampir mayoritas pasti ada embel-embel bendera organisasi, yayasan, partai, pada awalnya mereka malu-malu menyampaikan itu kepada masyarakat ya, tapi lambat laun saat mereka merasa sudah memiliki basis massa, mereka menjadikan itu sebuah kelompok-kelompok eksklusif yang porsi kajiannya lebih dititikberatkan organisasi/yayasan/partai, bukan ke Islamnya sendiri. Ya secara nalar sederhana aj ya, gimana masyarakat bisa mendapat masukan sedikit lebih baik tentang Islam kalo setiap kali ketemu yang disampaikan bukan tentang keislaman?

Jujur aku sedih dengan kondisi seperti ini, mereka adalah orang-orang yang terlahir sebagai muslim, tetapi sepanjang hidupnya hanya tahu Islam itu hanya sebatas dipermukaan saja. Coba bayangkan gimana rasanya kalo kita punya seorang anak yang bersekolah dari jenjang SD, SMA bahkan perguruan tinggi hanya bisa membaca dan menulis saja? G ada masukan lebih dari setiap jenjang pendidikannya? Ya udah barang tentu anak itu hanya tau yang itu-itu aja bukan? Lho perumpamaan itu sama dengan kondisi pemahaman tentang keislaman masyarakat kita yang konon katanya masyarakat muslim terbesar didunia, mereka hanya tau Islam itu sebatas, syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji bila mampu. Apakah salah mereka? Nggak, mereka g salah, karena mereka emang dari sisi pendidikan ya biasa aja, wawasan yang terbatas didaerah sekitar itu itu aja, dan saat ada satu ato dua generasi yang mempunyai pendidikan/wawasan yang lebih baik kebanyakan mereka memutuskan untuk keluar dari daerah itu. Ironis, dan sebenernya ini juga terjadi padaku.

Tapi ya apakah kita mesti menyerah dengan kondisi yang semacam ini terus-terusan berlangsung? Kalo begitu, dimana mata kita, dimana hati kita dimana otak kita, apakah kita udah buta? apakah kita udah g punya hati? dan apakah otak kita udah g bisa berfirkir untuk setidaknya memberikan tambahan wawasan ilmu tentang Islam ini kepada saudara-saudara kita yang sudah Islam tetapi belum ngerti lebih dalam agama mereka sendiri. Ini curahan hatiku, dan kenyataannya emang aku masih seorang looser belum berbuat lebih konkrit untuk membuat itu jadi lebih baik. Tapi aku berharap, Alloh selalu menanamkan idealisme, cita-cita dan keinginan untuk berbuat sesuatu untuk mereka.

Yang terkahir, Islam itu sempurna jika ada keburukan pasti itu bersumber dari oknum, dan kepada temen-temenku, sahabat-sahabatku, mungkin kita mesti mereview metode berdakwah kita dengan mengagung-agungkan golongan/partai/yayasan, ada baiknya kita segera memutar kemudi kita untuk menuju ke track yang sebenarnya, yaitu menyampaikan Islam kepada orang-orang Islam. Bukan tugas individu karena individu terlalu lemah, ini tugas kita bersama, tetap buka lebar-lebar telinga kita, mata kita, hati kita dan pikiran kita agar kita bisa dengan mudah menerima yang baik itu adalah baik, yang benar adalah benar, dan juga bisa menerima yang salah itu adalah salah.