Dalam paradigma Object Oriented Programming (OOP) terdapat konsep inheritance yaitu penurunan sifat dari objek induk ke objek yang menjadi anak-anaknya (child), setiap child sudah pasti akan mempunyai semua sifat dari object induknya dan bahkan akan mempunyai sifat extend yang tidak dipunyai oleh induknya. Dalam konsep ini setiap keturunan/anak  diharapkan untuk menjadi sesuatu yang mempunyai kemampuan lebih dari kemampuan yang dipunyai oleh induknya. Hahaiiii, konsep pemrograman jenis itu sebenarnya kan juga terinspirasi dari sunatullah kehidupan sehari-hari di dunia ini bukan?

Oke, beberapa kesempatan aku sering ngobrol dengan para orang tua, aku tanyain, “pak/bu/mas/mb, anaknya sekarang usianya berapa?”, para orang tua menjawab variatif tentu saja, ada yang anaknya berusia 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun. Pertanyaan berlanjut, “Sudah bisa apa saja anaknya diusia segitu?”, para orang tua dengan bangganya njawab, wahhhh anakku udah bisa nulis dan itung-itungan lho mas di usia segitu (3/4/5th)!. Well, no problemo dengan jawaban itu, ya karena itu adalah pencapaian yang luar biasa yang sudah diraih oleh para orang tua, mungkin. Tetapi, sekali lagi dunia ini semuanya bersifat relatif, dan aku termasuk yang menjadi antagonis untuk pemikiran orang tua yang seperti itu.

Kenapa aku menentang dengan anak balita yang sudah diajari berhitung & baca tulis? Hai para orang tua ketahuilah bahwa balita itu cara belajarnya adalah dengan BERMAIN, MENGEMBANGKAN KREATIFITAS & IMAJINASI, sedangkan kemampuan baca tulis & berhitung itu bukanlah ilmu yang seharusnya tidak diberikan kepada anak-anak balita, it’s not their level guys! Logikanya seperti ini saudara-saudara, Alloh membagi level dari tahap perkembangan setiap manusia (masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua), dan hak dan tanggung jawab itu mulai dibebankan pada masa remaja. Masa anak-anak? Alloh tidak pernah memberi beban yang namanya tanggung jawab kepada mereka yang artinya Alloh menyuruh mereka untuk sepuas-puasnya bermain, karena setelah masa itu Alloh ndak menghendaki seorang anak manusia bermain-main dengan sebuah tanggung jawab.

Logika selanjutnya, katakanlah seorang manusia dikasih kesempatan untuk sebebas-bebasnya bermain itu diusia < 5 tahun,  kemudian anak di umur 3/4 tahun sudah dibebani dengan ilmu-ilmu yang bukan menjadi levelnya, terus kapan mereka bisa bermain, mengembangkan kreatifitas dan imajinasi??? Ya, saat mereka sudah dibebani tanggung jawablah, kapan lagi…

Belum cukup itu, kadang kita mesti belajar dari orang lain, aku sering ngobrol dengan teman-teman yang berdomisili di negara-negara maju. Aku tanya, “gimana pendidikan anak-anak disana? Apa anak-anak balita sudah disuruh baca tulis & berhitung seperti di Indonesia?”. Teman: “wahhh ndak mas, kalo disini anak-anak balita ya disuruh bermain, mengembangkan kreatifitas dan imajinasi doang, ndak ada sama sekali baca tulis & berhitung. Bahkan kalo disini lebih ditekankan pada ilmu budi pekerti & etika, yahhh lebih ke self personality-lah mas”. Dari obrolan itu aku berhipotesis bahwa mungkin ini sebab negara-negara maju itu lebih kreatif, inovatif dan lebih amanah untuk masalah kehidupan.

Sekarang lihat dengan hati dan pikiran yang jernih, sekarang kita dipertontonkan dengan kelakuan seperti anak kecil para orang-orang yang bisa disebut mempunyai tanggung jawab yang sangat besar. Para pemimpin yang ngomong waton njeplak lah, kalo makar terbongkar tuduh sana tuduh sini lah, dan lain sebagainya. Mungkin ndak hanya aku bahkan saudara-saudara sekalian yang sudah BOSAN dengan dagelan seperti ini, ini kan bukan sesuatu yang menjadi permainan terus kenapa menjadi mainan?? Is there the relation between child education and that? Bagi aku kaitannya sangat erat, jika seseorang merasa sudah cukup masa bermainnya di masa anak-anaknya maka kemungkinan besar ketika dia sudah mengerti akan hak & tanggung jawab, dia insyaAlloh tidak akan bermain-main dengan hak dan tanggung jawab yang ada pada dirinya.

So, I expect to you parents, please think back! Berfikir ulanglah dengan cara mendidik anak-anakmu, jangan sampai potensi yang dianugerahkan Alloh kepada anak-anakmu itu menjadi kerdil karena salah dalam mendidik dan mengarahkan mereka. Terimakasih.