Bermula dari obrolan warung kopi di group aplikasi messenger, seorang teman mencoba untuk sedikit berhitung,
“Rek, kampus kita tahun ini jumlah mahasiswa barunya hampir 6 ribu orang, ya coba kita bulatkan jadi 6 ribu lah ya, terus misalnya nih sumbangan gedung per mahasiswa adalah 20 juta, maka akan ketemu angka 120 milyar.”
Seorang teman lainnya menanggapi,
“Lumayan… bisa buat bikin rumah sakit, hotel, dan lainnya. Urusan bayar pengajar utama dan staf mah urusan kecil, masih surplus banyak. Yang dikejar target mahasiswa. Status IPK cumlaude banyak dan teramat gambang didapatkan, tapi kenyataannya minim yang bisa dipertanggungjawabkan, yang artinya kualitas pendidikan menurun, sedang biaya pendidikan semakin melambung tinggi, tinggi dan semakin tinggi”.
Kurang lebih orbolannya seperti itu, dan saya hanya bisa membenarkan pernyataan dari teman kedua saya, tak perlu saya menambahkan banyak-banyak komentar, karena itulah sebenarnya yang sedang terjadi di negeri ini. Katakanlah istilahnya adalah, komersialisasi pendidikan. Sungguh teramat ironi, aneh, dan serba tidak masuk diakal sistem pendidikan negeri ini mulai dari jenjang sangat dasar sampai dengan jenjang teratas, semua tak masuk nalar dan telah terkotori oleh yang namanya uang, jualan dan komersialisasi. Continue reading →