Istilah poligami adalah istilah yang sudah sangat biasa mampir ditelinga kita, bagi sebagian orang mendengar kata poligami serasa langsung merasa alergi, memusuhi, membenci serasa menghakimi, bagi sebagian yang lainnya itu menjadi semacam sesuatu kebanggan, dan sebagian lainnya lebih memilih untuk mengambil jalan tengah yang tidak memihak. Tema ini sangat sensitif khususnya dikalangan kaum hawa, tapi kali ini saya memberikan diri untuk sedikit mengulas tema super sensitif ini.
Begini, akhir-akhir ini ada satu pemandangan yang bisa dikatakan anomali, anomali dari perilaku orang-orang yang seharusnya menjadi panutan, entah bergelar ustadz, kyai, habib dan seterusnya, maupun perilaku orang-orang yang mengikuti seorang panutan tersebut. Orang-orang yang semestinya menjadi panutan sering berbuat sesuatu yang mengundang kontroversi, sedang yang mengikutinya merasa mereka itu seperti orang suci sekelas nabi yang semua tutur kata, tindak tanduknya langsung dijaga oleh Allah. Pernah dahulu ada seorang ustadz kondang asal dari kota besar di Jawa Barat, sangat dipuja-puja, diagung-agungkan, tiba-tiba suatu hari beliau hampir setiap hari menghiasi layar kaca melalui berita infotainment, beliau berpoligami, saat itu pula banyak pengikutnya yang langsung menghujat, memusuhi beliau. Ada lagi, ustadz yang kalau menurut saya ustadz selebritis, yang lebih mengutamakan penampilan, tampang rupawan, tapi secara ilmu bisa dibilang masih cetek, tapi karena modal ganteng itu seolah banyak yang tersihir bahwa ustadz tersebut telah masuk ke dalam kelompok alim/ulama, suatu saat tersebar kabar perceraian atau nikah dengan wanita lain secara diam-diam, lagi, ramai lagi, peluru hujatan dengan cepat mendarat ke ustadz tersebut. Dan yang terakhir adalah seorang ustadz yang kondang dengan “kewajiban” pakaian berwarna serba putih, pamer punya istri sebanyak 3 orang yang konon katanya semua berparas aduhai, lagi lagi, ramai bin heboh. Continue reading →