Pernahkah kita memikirkan dan kemudian mengambil pelajaran dari kehidupan anak-anak? Adakah anak-anak terserang penyakit kronis dan degeneratif semacam stroke, diabetes, jantung, parkinson? Sejauh yang saya tahu, tidak ada anak-anak yang mengalami hal itu, mungkin ada namun dengan kemungkinan yang teramat sedikit. Pertanyaannya, kenapa anak-anak jauh dari berbagai macam masalah kesehatan? Ini akan menjadi poin fokus kita, kenapa kita mesti belajar dari kehidupan anak-anak. Berikut ulasan dari saya.

Terlepas dari masih kuat dan seimbangnya sistem metabolisme tubuh dari anak-anak, yang jelas tidak ada satupun anak-anak yang mencemaskan tentang hari esok. Mereka menjalani hari dengan nothing to lose dan apa adanya. Mereka tak berusaha untuk menjadi seorang yang lain kecuali menjadi diri mereka sendiri.

Anak-anak itu juga menggunakan semua organ sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kaki untuk berjalan dan berlari, tangan senantiasa bergerak untuk mencoba sesuatu hal, otak mereka gunakan untuk bertanya dan kemudian untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu, intinya semua organ mereka gunakan dengan sebagai mana mestinya. Semua dibuat bergerak.

Dan juga mereka adalah kelompok orang yang teramat jauh dari segala macam penyakit hati, mereka jauh dari rasa dendam, iri, dengki. Juga mereka juga jauh dari kata trauma, mereka belajar berjalan, jatuh kemudian bangun lagi, sampai mereka benar-benar memastikan tujuan akhir tercapai yaitu mampu berjalan. Mereka belajar mengendarai sepeda, dengkul bolong bahkan sampai korengan juga bukan menjadi alasan untuk berkesimpulan “saya trauma dengan hal itu dan saya stop”. Its not, mereka tak akan pernah berhenti sebelum mereka meraih apa yang mereka inginkan, dan benar saja, tak butuh waktu lama untuk mewujudkan keinginan itu menjadi kenyataan.

Lalu, mari kita tengok diri kita yang katanya sudah makan asam gargam kehidupan, sudah kenyang dengan manis dan pahitnya kehidupan. Apakah kita bisa sehebat mereka dalam berkehidupan?

Kita dalam berkehidupan mungkin banyak sekali yang berkebalikan dengan mereka, misalnya:

  1. Kita senantiasa cemas dengan hari esok, kecemasan yang bisa saja berdasar atau sama sekali tanpa dasar
  2. Begitu umur kita bertambah kita menjadi pribadi-pribadi yang manja dan malas untuk bergerak. Tinggal diruangan tanpa AC ngeluh, terkena matahari teriak, kemana-mana pakai kendaraan bermesin
  3. Berlebih-lebih atau berkurang-kurang dalam hal makan dan minum. Kasarnya tidak seimbang dalam mengelola asupan makanan. Ada yang suka kopi, ya ada yang dari mata melek langsung seduh kopi, siangan dikit kopi, abis makan siang kopi lagi, mau tidurpun juga kopi. Kopi hanya sebagai perwakilan saja. Karena kopi bukanlah bahan minuman yang buruk.
  4. Trauma. Satu kata yang sering kali melintas dalam telinga saya ketika seseorang enggan untuk melakukan ataupun mengkonsumsi sesuatu. Dan kata trauma ini yang tidak ada di dalam kamus seorang yang hebat, termasuk anak-anak. Trauma itu menurut saya adalah satu kondisi yang akan membuat batasan-batasan dalam hidup kita semakin bertambah yang dengannya akhirnya kita terpenjara dan tidak leluasa untuk segera bangkit kembali mencoba, mencoba dan bergerak. Kadang kita tak perlu terlalu menuruti perasaan, kadang perasaan perlu kita lawan agar tak tercipta trauma, dan tak menjadi kebiasaan untuk sering-sering trauma dengan sesuatu.
  5. Tinggi angan-angan namun minim kemampuan. Ya, siapa sih yang tidak ingin kelihatan wah dan sukses dihadapan orang lain? Mayoritas orang menginginkan hal itu, namun kita sebenarnya tak perlu-perlu amat melakukan hal itu, karena kalau kita cermati, bahwa orang yang benar-benar kaya itu dalam kesehariannya malah mereka nyaris tak pernah mengekspos kekayaan mereka, mereka keluar dengan gaya yang santai dan kasual. Bagi yang dalam keilmuan mereka, jarang sekali mereka banyak-banyak berbicara didepan umum untuk menunjukkan kepintarannya.
  6. Yang jelas, kita sebagai orang yang lebih tua, sering kali mengumbar emosi, meluapkan amarah, dendam, hasad dan seterusnya.

Rasa-rasanya, dengan pola kehidupan kita seperti itu apakah mungkin tubuh kita akan mempunyai sistem metabolisme sehebat sistem metabolisme anak-anak? Jawabannya sudah pasti, tidak mungkin. Ya, hanya menunggu waktu saja, kapan kaki kita mulai terasa sakit-sakit karena bertumpuknya asam urat dalam otot, kapan mata kita lama kelamaan menjadi blur, kapan pankreas kita mulai terseok-seok dalam mengatur produksi insulin, kapan juga pembuluh darah kita pecah yang mengakibatkan stroke dan kapan pula pembuluh darah kita tersumbat oleh tumpukan lemak yang membuat jantung bekerja dengan sangat ekstra dan akhirnya kuwalahan untuk bekerja dan memutuskan untuk pensiun bekerja.

Mari kita ambil pelajaran dari kehidapan anak-anak, untuk kehidupan kita sendiri dan tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan orang lain. Tubuh ini adalah amanah terbesar bagi kita, kesehatan adalah investasi terbesar dalam hidup kita, bukan investasi tanah atau emas namun kesehatan, tubuh ini yang membawa diri kita sendiri, yang lebih tahu adalah diri kita sendiri bukan orang lain, maka jangan serahkan tubuh ini ke orang lain. Kita yang membawa maka kita sendirilah yang lebih paham mesti bagaimana.