Islam diturunkan ke bumi ini dengan segala kesempurnaannya, menyempurnakan dan sekaligus menghapus syariat sebelumnya. Islam sempurna dari semua sisi, hal itulah yang membawa Islam pernah menguasai peradaban dunia. Namun kesempurnaan tersebut ternyata mungkin terlalu berat bagi sebagian besar orang-orang yang menyebut diri beragama Islam.
Bagaimana tidak? Allah mewahyukan ayat pertama “Iqra”, bacalah, gemar membacalah wahai muslimin! Tapi kenyataannya muslimin termasuk kelompok orang yang malas membaca, tak hanya malas membaca secara tekstual namun juga malas membaca secara kontekstual.
Lagi, Imam Asy Syafii memberi nasihat, “ikatlah ilmu yang didapat dengan mencatatnya”, usaha mencatat itu pada muaranya adalah untuk dibaca kembali suatu waktu. Namun yang terjadi adalah, muslimin termasuk kelompok orang yang gemar berilmu dengan “katanya” bukan karena dasar dan sumber yang jelas. Sudah begitu, tidak lekas sadar untuk segera mencari kebenaran dengan membaca beberapa referensi, namun malah sibuk membela apa yang dirasa benar, mempertahankan itu, dan membuat ajang perdebatan yang tak berkesudahan.
Islam sempurna tapi kenapa dunia Islam sekarang terpuruk, penuh dengan image kekejaman, kesemerawutan, ketidakadilan, kekumuhan, kebodohan, dan sibuk memperdebatkan sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan? Lihatlah, Google telah menguasai dunia ini hanya sekali klik, NASA telah bolak balik bumi-bulan, namun muslimin tetap duduk santai, disini, dan hanya menjadi obyek pasar, dan tetap bangga dengan kebodohan dan kemalasan untuk membaca!
Lalu, nikmat mana lagi yang kalian dustakan? Mari berkaca dan berhitung, bagaimana keseharian kita untuk menyeimbangkan kesempurnaan Islam dengan kesempurnaan kita dalam berilmu, berislam?