Atasan sering tidak mengerti cara memperlakukan karyawan terbaik. Mereka cenderung menyalahkan karyawan jika terjadi suatu masalah, tanpa berusaha untuk setidaknya mengklarifikasi apa sebenarnya yang terjadi, klarifikasipun tidak apalagi memasang badan melindungi karyawannya, dan kemudian mengabaikan inti dari masalah yang terjadi.

Sehingga, karyawan merasa tidak mendapatkan penghargaan yang layak atas apa yang telah dia kerjakan yang bisa saja berujung pada resign.

Berikut ini, hal terburuk dari atasan lakukan yang membuat karyawan terbaiknya mengundurkan diri dari pekerjaannyam seperti di lansir dari Business Insider, Sabtu (8/8/2015)

– Menghalangi passion karyawan
Karyawanyang berbakat atau memiliki passion terhadap satu hal memberikan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan produktivias dan kepuasan kerja. Tapi banyak atasan yang ingin untuk bekerja dalam sebuah lingkungan kecil.

Para atasan ini takut bahwa produktivitas akan menurun jika mereka membiarkan orang memperluas fokus dan mengejar passion karyawannya. Ketakutan ini tidak berdasar.

Studi menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu mengejar passion mereka di aliran pengalaman kerja lebih produktif daripada norma.

– Gagal untuk mengembangkan keterampilan
Ketika atasan ditanya tentang kurangnya perhatian mereka kepada karyawan, mereka mencoba untuk memaafkan diri mereka sendiri. Hal ini adalah omong kosong.

Atasan yang baik dapat mengelola, tidak peduli seberapa berbakat karyawan. Mereka memperhatikan, terus mendengarkan dan memberikan umpan balik.

Bila anda memiliki karyawan berbakat, terserah anda terus mencari daerah dimana mereka dapat meningkatkan untuk memperluas keahlian mereka. Karyawan paling berbakat ingin umpan balik lebih dari yang kurang berbakat, dan itu tugas atasan untuk tetap memotivasinya. Jika tidak, maka karyawan terbaik akan tumbuh dengan penuh kebosanan.

– Gagal untuk terlibat dalam kreativitas karyawannya
Karyawan paling berbakat berusaha untuk memperbaiki segala sesuatu yang mereka sentuh. Jika atasan mengambil kemampuan mereka untuk mengubah dan meningkatkan hal-hal karena hanya nyaman dengan status jabatannya, ini membuat karyawan membenci pekerjaannya.

– Gagal memberikan tantangan untuk karyawan
Bos besar menantang karyawan mereka untuk mencapai hal-hal yang tampaknya tak terbayangkan pada awalnya. Atasan menetapkan tujuan mulia yang mendorong orang keluar dari zona kenyamanan karyawannya.

Kemudian, atasan yang baik melakukan segalanya dalam kekuasaan mereka untuk membantu karyawannya berhasil. Ketika orang-orang berbakat dan cerdas menemukan diri mereka melakukan hal-hal yang terlalu mudah atau membosankan, mereka mencari pekerjaan lain yang akan menantang kecerdasannya.

Tambahan dari saya sendiri

– Gagal bervisi dan tidak konsisten tentang arah kebijakan yang sudah ditentukan
Disini akan sangat terlihat jelas pebedaan antara seorang bos dan leader. Bos hanya berfikir tentang misi selama durasi sekitar satu tahun atau lebih pendek dan cenderung tidak konsisten dengan apa yang telah menjadi kebijakan untuk meraih misinya, akan tetapi leader mampu bervisi untuk durasi waktu yang sangat lama dan seorang leader sangat kuat dalam memegang apa yang sudah menjadi kebijakan, mereka kelompok orang yang sangat konsisten.

Saat karyawan terbaik mendapatkan atasan dengan tipe bos, mereka merasa tidak menemukan hal yang benar-benar substansi untuk mereka kerjakan, masalah yang datang hanya masalah sepele, tidak berdasar dan hanya dipusaran itu-itu saja. Setiap kali mereka mempunyai ide dan gagasan, ide mereka terlalu atau sedikit diluar kemampuan atasan, sehingga atasan tidak mampu menangkap inti dari ide-ide tersebut. Disinilah dimulainya rasa bosan dan rasa kecilnya penghargaan terhadap brainware dan kepuasan diri.

– Gagal memposisikan orang yang tepat dengan job yang tepat
Karyawan berbakat itu ibarat mobil dengan spesifikasi sport, mereka dibekali otak brilian, semangat tinggi dalam menyambut tantangan, siap diajak untuk melaju dengan kecepatan tinggi. Lalu bagaimana jadinya jika anda mempunyai mobil Ferrari Enzo yang anda gunakan hanya untuk bebelanja di pasar? Wowwww, its useless! Sama, saat anda mempunyai karyawan berbakat, anda seharusnya memposisikan mereka dengan selayaknya, mempekerjakan mereka sesuai dengan passion mereka. Saat itu tidak mereka dapatkan ditempat bekerja yang sekarang, kapanpun mereka siap untuk melangkah pergi untuk mencari sesuatu yang lebih tepat baginya.