Kamis malam (25/9) masyarakat Indonesia disuguhi tontonan yang benar-benar mengadopsi jalan cerita sinetron. Mereka bukanlah para aktris ataupun aktor sinetron, akan tetapi mereka lebih lihai bersadiwara dari pada para aktris/aktor yang sebenarnya. Ya, mereka adalah para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang konon katanya kumpulan manusia yang sangat terhormat dan saat mereka berbicara mereka selalu mengatasnamakan rakyat. Iya rakyat, bisa rakyat golongan partai mereka sendiri, rakyat golongan bisnis mereka sendiri atau bahkan rakyat dari golongan syaithan nirrojim!

Iya, kebetulan tanpa menyengajakan diri untuk mengikuti jalannya sidang paripurna pengesahan RUU Pilkada melalui DPR, saya menyaksikan betul jalannya sidang, dan tidak dipungkiri lagi jalannya sidang begitu panas antara partai-partai pendukung pilkada melalui DPR dan yang anti terhadap RUU tersebut. Dan saya memberi penghargaan Most Valuable Player (MVP) sidang kepada partai Demokrat!!!

Luar biasa partai itu, konyol, picik dan sangat tidak masuk akal, dan hanya bisa dilakukan oleh sekumpulan manusia-manusia pecundang saja. Dimana letak ketidakmasukakalan itu? Awalnya mereka berargumen melalui jubir mereka (Benny K. Harman) mengaku bahwa opsi pilkada langsung dengan 10 opsi perbaikan tidak ada satupun partai yang mendukung, kecuali partai Demokrat, dan langsung dikonfirmasi oleh PDIP, PKB dan Hanura, bahwa mereka sudah dari awal bahkan sampai masa loby sudah mendukung opsi yang ditawarkan oleh partai Demokrat.  Dan juga usulan mereka sudah diterima oleh pemimpin sidang waktu itu. Ehhhhh… lha kok malah mereka memutuskan untuk walk-out dengan alasan memilih menjadi partai penyeimbang. What??? Seimbang bagaimana? Anak SD pun bisa menghitung, jumlah yang pro dan kontra jika dikurangi partai Demokrat sangat tidak imbang, terus dimana letak imbangnya???

Singkat cerita, akhirnya pemilihan kepala daerah kembali dilakukan oleh DPRD dan kembali ke masa suram era Orde Baru. Yang saya heran tokoh utama Reformasi, Amien Rais, itu sekarang menjadi otak dibalik ini semua, saya tidak habis pikir dengan isi otak dari Amien Rais itu. Dan yang ini hanya hipotesa saya sendiri saja, hanya karena kalah dipemilihan presiden, partai-partai yang terkumpul dalam koalisi merah putih beramai-ramai mengeroyok, menebar ancaman, serta siap untuk menggoyang pemerintahan presiden terpilih rakyat, Jokowi-JK.

Hai pak, perlu kalian tahu saat pilpres kemarin itu, banyak teman-teman yang biasanya golput dibela-belain pada ngurus surat C5, datang ke kelurahan terdekat, bahkan sampai dibela-belain  mudik ke kampung halaman PP, karena apa? Karena kami tidak rela negeri ini dipimpin oleh kumpulan-kumpulan manusia yang diotaknya hanya urusan bagi-bagi jabatan, dan ternyata punya semangat yang sama yang ternyata itu menyatukan kami meskipun tidak ada seorangpun yang mengkoordinir. Dan itu yang belakangan dipermasalahkan oleh kelompok yang kalah, pemilihan banyak curang dan lain sebagainya, bukannya curang pak, kita memang tidak rela kalau kalian memimpin negeri ini. Mengerti?

Baiklah, kita kali ini mengaku kalah oleh ulah agen-agen kalian di DPR, tapi kami akan segera membuat gerakan lagi agar kalian semakin tidak leluasa untuk bertransaksi mempermainkan negeri ini. Kami bukan siapa-siapa, tapi kami disatukan oleh sang penguasa alam semesta ini, dan kami yakin gerakan kami yang akan menang. Tunggu saja….